Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan hari saya suci yang dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun. Hari Raya Galungan jatuh setiap Budha Kliwon wuku Dunggulan, begitu juga hari Raya Kuningan, yang jatuh pada Saniscara Kliwon wuku
Kuningan yang jatuhnya tepat 10 hari setelah hari Raya Galungan.
Hari Raya Galungan dimaknai dengan menangnya Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan). Pada hari itulah seluruh umat Hindu bersyukur atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa
yang telah berkenan menciptakan segala-galanya di dunia ini. Galungan jatuh pada hari Rabu dan biasanya persembahyangan dilakukan pada sore hari. Pada hari ini juga dipercaya bahwa para dewa, leluhur, dan roh saudara yang sudah meninggal turun ke bumi dan berada di rumah selama 10 hari.
Hari Raya Kuningan jatuh pada hari Sabtu dan persembahyangan biasanya dilakukan pagi hari karena dipercaya bahwa para dewa, leluhur, dan roh saudara yang sudah meninggal tersebut kembali ke tempat mereka masing-masing pada siang hari tepatnya pukul 12.00. Maka dari itu kami melakukan pemujaan kepada mereka untuk memohon keselamatan, kedirgayuan, perlindungan dan tuntunan lahir-batin. Uniknya setiap hari Raya Kuningan seluruh umat membuat nasi kuning beserta lauk pauknya untuk dipersembahkan kepada para dewa.
Namun disamping semua itu hari Raya Galungan dan Kuningan memiliki makna tersendiri bagi saya. Karena pada hari itu seluruh keluarga bisa berkumpul, baik yang sedang merantau maupun yang sudah meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar